Studi Kolektif

Ecosystem Builder:
Gudskul

Ecosystem Builder

  • MUHAMMAD KHADAFI KARIM ABDULLAH
  • WAHYUDI WACIL
  • ERVANCE DWIPUTRA

Tentang Ekosistem

Gudskul Studi Kolektif merupakan ruang inisiatif yang lahir dari semangat jejaring antar-ruang di berbagai daerah. Ekosistem ini meyakini bahwa pengetahuan tidak lahir dari satu kepala, melainkan tumbuh dari pertemuan dan pengalaman bersama

Why: Kenapa Ekosistem Ini Tercipta?

Gudskul Studi Kolektif merupakan ruang inisiatif yang lahir dari semangat jejaring antar-ruang di berbagai daerah. Ekosistem ini meyakini bahwa pengetahuan tidak lahir dari satu kepala, melainkan tumbuh dari pertemuan dan pengalaman bersama

How: Bagaimana Ekosistem Menjawab Tantangan?

Gudskul melihat ekosistem sebagai cara untuk menumbuhkan resiliensi dan memastikan terwujudnya keberlanjutan bagi ruang-ruang inisiatif. Pendekatan ekosistem memungkinkan setiap ruang untuk saling mendukung, berbagi pengetahuan, dan memperkuat kapasitas satu sama lain.

Dengan berakar pada semangat gotong royong dan praktik jejaring, pendekatan ini bukan hanya dapat menjadi wadah tumbuh, namun juga mendorong para aktor di dalamnya untuk menemukan daya dan suara mereka.

Peta Aktor Ekosistem

Peta ini memuat aktor penggerak dari ragam sektor dan latar belakang dalam Ekosistem Studi Kolektif.

  1. Individu praktisi seni budaya - (9)
  2. Kolektif kesenian (>20)
  3. Pemerintahan - (2)
  4. Donor - (3)
  5. Akademisi - (2)
  6. Jaringan mahasiswa kesenian (10)
  7. Media (1)
  8. OMS (4)

Praktik Berbagi Daya

Dalam berbagi daya, Ekosistem Studi Kolektif menerapkan prinsip partisipatoris. Setiap anggota ekosistem dapat membagikan sumber dayanya secara sukarela dengan semangat kebersamaan.

Untuk meningkatkan ketahanan finansial, ekosistem Studi Kolektif mengimplementasikan konsep pot kolektif; sebuah dana bersama yang dikelola secara kolektif.

Visi 2026

Melalui semangat ‘lumbung’, kebudayaan dan praktek kesenian di Indonesia kaya akan semangat gotong royong dan mengakar pada masyarakat.

Pemajuan kebudayaan di Indonesia berakar pada kepentingan warga. Warga telah lepas dari model ekonomi kapitalistik dan mampu mengadopsi model ekonomi mandiri yang saling menopang, menciptakan satu ekosistem seni dan sipil yang sehat.